Belajar Dari Negara “Ginseng Besi”


Korea Utara dikenal oleh banyak dari kita sebagai negara yang komunis dan dipimpin dengan tangan besi. Korea Utara lebih sering menutup dirinya dari dunia luar terkecuali pada negara sesama penganut komunis. dari sekitar 24 juta penduduknya, 1 juta nya adalah tentara. kehidupan seorang tentara sangat diutamakan di negara ini.

Negara Korea Utara yang kuat karena memiliki pemimpin yang tegas, gak lembek, dan memiliki pendirian yang kuat

Negara Korea Utara yang kuat karena memiliki pemimpin yang tegas, gak lembek, dan memiliki pendirian yang kuat

negara yang memiliki motto “Negara Makmur dan Kuat” ini menganut ideologi resmi yang dicetuskan Kim Il Sung pada 28 Desember 1955, yaitu Juche artinya manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu. kepemimpinan Korea Utara menggunakan sistem di mana hanya ada satu-satunya calon pemimpin, yaitu dari keluarga Kim. sejak tahun 1994 Korea Utara dipimpin oleh Kim Jong Il, ia adalah pemimpin negara yang menjabat sebagai Ketua Komisi Pertahanan Nasional dan Sekjen Partai Pekerja Korea.

sebelumnya SpidolBekas pernah bikin sebuah tulisan yang punya kaitan langsung dengan artikel ini, baca di sini.

yak, kali ini gue akan membahas tentang pentingnya kita belajar dari sebuah negara yang terkenal dengan gaya kepemimpinan yang keras dan konon kebebasan sangat dilarang di negaranya. semuanya serba terkontrol oleh pemerintahan yang dipimpin secara “tangan besi.” jadi bisa lah ya gue simpulin kalo ini negara tergolong komunis dan keras.

beberapa pelajaran yang bisa gue ambil dari Korea Utara setelah negara itu ditinggal oleh pemimpinnya Kim Jong Il pada 17 Desember 2011 kemarin adalah semangat kerja keras, loyalitas rakyat, dan prinsip yang kuat dari pemimpin.

pertama gue akan soroti dari poin kerja keras. kali ini gue akan bahas tentang semangat kerja keras dari sang pemimpin Kim Jong Il. dikabarkan ia meninggal pada usia 69 tahun karena kelelahan fisik dan mental setelah bekerja terlalu keras setelah memberi bimbingan di lapangan.

Kim Jong Il meninggal dunia setelah bekerja terlalu keras demi negaranya

Kim Jong Il meninggal dunia setelah bekerja terlalu keras demi negaranya

sekarang kita bisa bayangkan, orang sekelas pemimpin saja masih harus bekerja sebegitu kerasnya sampai dia meninggal dunia. lalu bagaimana dengan bawahannya ? sistem kerja yang sangat keras memang sudah dianut oleh negara ini karena demi mencapai impian menjadi negara yang kuat dan tidak bergantung pada negara lain memang bukan pekerjaan mudah. terlebih lagi negara ini sudah bisa dibilang diisolasi oleh negara lain dan negara ini pun menutup dirinya dari negara lain.

nah ketika semuanya sudah serba tertutup, pertanyaan dari gue adalah bagaimana caranya Korea Utara bisa memiliki teknologi senjata nuklir, dan bahkan sampai dijuluki sebagai negara dengan teknologi nuklir termuda. darimana semua itu bisa didapat jika akses informasi dari dunia luar ditutup, bagaimana cara mencapainya selain dengan cara bekerja keras sampai mati.

poin kedua adalah loyalitas rakyat. sosok pemimpin di Korea Utara cukup disegani, bahkan ditakuti oleh rakyatnya. terlepas dari banyaknya berita yang menyebutkan perilaku negatif sang pemimpin Kim Jong Il, dan parahnya berita kelaparan dan menurunnya perekonomian negara Korea Utara, tapi bagaimanapun kondisi negaranya rakyat selalu mendukung. bahkan ketika negara ini rela jatuh ke dalam krisis ekonomi mereka malah lebih mengutamakan pengembangan senjata nuklir demi membuktikan sumpahnya pada tahun 2009 untuk menjadi negara nuklir yang kuat.

loyalitas rakyatnya bisa kita saksikan sendiri pada saat prosesi pemakaman Kim Jong Il. ribuan rakyatnya berkumpul di pusat kota di tengah badai salju parah. semua yang datang tak ada yang tidak meneteskan air mata dan menangis meraung, padahal kalo diliat secara langsung gak ada kesejahteraan berlebih yang mereka dapat dari negaranya. tapi sebegitu kuatnya mereka mencintai sosok pemimpinnya yang sudah mengubah negaranya menjadi negara yang ditakuti oleh negara-negara barat.

Rakyat Korea Utara menangisi pemimpin negaranya yang sudah wafat di tengah derasnya salju akhir tahun

Rakyat Korea Utara menangisi pemimpin negaranya yang sudah wafat di tengah derasnya salju akhir tahun

kalau kita telusuri di negara ini pernahkah ada satu sosok pemimpin yang begitu  dicintai oleh rakyat dan sesama penghuni pemerintahan nya ? mungkin sampai saat ini belum ada…tapi gue pribadi selalu menantikan sosok pemimpin yang tegas dan selalu membela rakyatnya hingga ia mati.

poin terakhir adalah prinsip yang kuat. koran Kompas yang gue baca pagi ini menuliskan artikel mengenai Korea Utara. di artikel itu dituliskan kalo Korea Utara tidak akan pernah berubah menjadi lebih ‘lembek’ dengan negara lain.

Kekuatan Militer Korea Utara tidak akan menjadi segarang ini kalau dipimpin sama pemimpin yang 'lembek' dan pemalas

Kekuatan Militer Korea Utara tidak akan menjadi segarang ini kalau dipimpin sama pemimpin yang 'lembek' dan pemalas

setelah kepemimpinan jatuh ke tangan anak Kim Jong Il, yaitu Kim Jong Un, pemerintahan Korea Utara langsung menyurati beberapa negara, termasuk negara musuhnya dari dulu yaitu Korea Selatan yang menyatakan bahwa sikap negaranya gak akan berubah jadi membaik dengan Korea Selatan hanya karena Kim Jong Il meninggal. bahkan dengan beraninya Korea Utara menyebut Korea Selatan sebagai negara boneka yang dipimpin oleh politisi bodoh.

hal yang bisa kita pelajari adalah konsistensi negara ini dalam memegang prinsip untuk jadi negara kuat yang mampu berdiri sendiri tanpa harus bergantung dengan negara lain. walau pemimpinnya telah tiada prinsip itu kayaknya udah ketanam ke semua orang di pemerintahannya, jadi berapa kalipun pemimpin berganti mungkin gak akan bisa mengubah total sikap dan kemauan negara ini.

gue agak sentil aja satu buah iklan di televisi dari partai politik X yang menyebut akan membuat negara Indonesia menjadi mandiri, gak bergantung sama negara lain lagi…tapi menurut gue itu cuma omong kosong, karena sampai sekarang pun gue belom pernah liat si pemilik partai itu ikut berkontribusi sama pemimpin yang sekarang untuk wujudin Indonesia jadi negara yang mandiri.

sumber:

Wikipedia

Antara News

Detik News

QR Code:

QR Code

QR Code

9 thoughts on “Belajar Dari Negara “Ginseng Besi”

  1. HeruLS :

    Wah, kalau kerasnya sedemikian, apakah masih ada ruang untuk blogger berekspresi?
    Saya cemas, tidak.

    yaa ambil pelajaran dari ketiga poin yang ditulisan aja mas heru…kalo yang lainnya sih jangan, gue pribadi juga gak suka kalo ada keterbatasan berekspresi.

    Like

  2. Pingback: Belajar GAK Harus dari yang Positif « SpidolBekas

  3. wah kita harus contoh korut. walau diatur ketat tapi mereka sadar kalaw tu demi kepentingan mereka.berekspresi tu juga harus d batasny biar nggak banyak msalah tu kyak artis2
    yuk di contoh!!!!!!!
    toh demi kepentingan ita juga.pilih pemimpin yang bener2 d acungi jempol, jnga main bkang lah klaw bs, biar kita bener2 bhneka tunggal ika nntinya gk ush d tauran khan kita punya budya musyawarah, perbdaan mlh justru jd kebanggan krn brrti kita bis mengolah fikir mnjadi hal baru……..y khan

    Like

  4. Kita boleh-boleh saja mengambil sisi baik dari negara lain, meskipun itu adalah negara Korea Utara yang notabene berhaluan komunis dengan sistem pemerintahan “tangan besi”.
    Tapi harap di ingat, suatu sistem pemerintahan seperti model Korea Utara harus kita lihat seberapa besar nilai positif & negatif bagi rakyat mereka. Saya pribadi melihat (meski hanya melalui media massa), rakyat Korea Utara tak ubahnya seperti boneka yang kelaparan. Mereka harus berekpresi tersenyum, sedih, marah, atas kehendak sekelumit petinggi militer yang memegang tampuk kekuasaan & mati – matian mempertahankan status quo rezim sebelumnya. Saya bilang “kelaparan” sebab sudah berapa banyak terjadi kasus malnutrisi di Korea Utara, padahal makanan adalah hak yang paling asasi dari seseorang dalam hidup mereka. Dan berapa orang yang sudah berusaha kabur dari negara itu karena menderita.
    Akhirnya saya bertanya ke teman-teman yang mengelu-elukan beberapa kelebihan di Korea Utara, maukah kira-kira kalo ada program “tukar nasib” seperti acara reality show di televisi, jadi partisipan tukar jadi warga Korea Utara dengan rezim militer-nya setelah kita terbiasa tinggal di negara kita yang kebebasan ngomong masih ada, hak milik perorangan masih diakui pemerintah dan lain sebagainya, meskipun ada kekurangan disana – sini….

    Like

  5. Sosiolisme ideology has to be simplified . Sosialisme are not fighting only for individual . Their struggles must reach public people . We must strengthen the understanding and relationship between individual and public

    Like

Leave a comment